Selasa, 23 September 2014

PENGENALAN E-BUSINESS



E-Business: Apa dan Mengapa?

Banyak pengamat ekonomi, konsultan manajemen, dan futuris yang menyepakati bahwa era milenium baru ditandai dengan revolusi baru yang membawa dampak transformasional yang lebih dahsyat dibandingkan revolusi industri, yaitu era informasi. Faktor pemicu utama perubahan dalam era informasi adalah teknologi informasi dan pemasaran. Dibandingkan dengan revolusi industri yang bercirikan produksi massal dan capital intensive, revolusi inforamasi lebih menekankan mass customization dan knowledge-intensive. Oleh sebab itu, revolusi informasi bisa pula disebut revolusi industri berbasis pengetahuan.
Salah satu karakteristik utama era informasi adalah bisnis-elektronik atau yang lebih dikenal dengan istilah e-business atau e-commerce. Model bisnis ini menekankan pertukaran informasi dan transaksi bisnis yang bersifat paperless, melalui Electronic Data Interchange (EDI), e-mail, electronic bulletin boards, electronic funds transfer, dan teknologi lainnya yang juga berbasis jaringan. Popularitas e-business di penghujung abad 20 dan di awal milenium baru ini ditunjang oleh tiga faktor pemicu utama, yaitu (1) faktor pasar dan ekonomi, di antaranya kompetisi yang semakin intensif, perekonomian global, kesepakatan dagang regional, dan kekuasaan konsumen yang semakin bertambah besar; (2) faktor sosial dan lingkungan, seperti perubahan karakteristik angkatan kerja, deregulasi pemerintah, kesadaran dan tuntutan akan praktik etis, kesadaran akan tanggung jawab sosial perusahaan, dan perubahan politik; dan (3) faktor teknologi, meliputi singkatnya usia siklus hidup produk dan teknologi, inovasi yang muncul hampir setiap waktu, information overload, dan berkurangnya rasio biaya teknologi terhadap kinerja.

Perspektif dan Perkembangan e-Business

Secara simplistik, bila kita membuat homepage dan melayani pesanan produk melalui internet, maka kita sudah menjadi pemasar global yang menjalankan e-business. Meskipun demikian, definisi e-business tidak semata-mata menyangkut transaksi online, namun juga meliputi berbagai aktivitas, seperti melakukan riset pasar, mengidentifikasi peluang dan mitra bisnis, menjalin relasi dengan pelanggan dan pemasok, serta melakukan perancangan produk bersama mitra bisnis (Cameron, 1997). Istilah e-business berkaitan erat dengan e-commerce. Bagi sebagian kalangan, istilah e-commerce diartiakan secara sempit sebagai transaksi jual-beli produk, jasa dan informasi antar mitra bisnis lewat jaringan komputer, termasuk internet. Sedangkan e-business mengacu pada lingkup yang lebih luas dan mencakup pula layanan pelanggan, kolaborasi dengan mitra bisnis, dan transaksi elektronik internal dalam sebuah organisasi.
Menurut Choi, et al. (1997), e-commerce atau e-business bisa beraneka ragam bentuknya, tergantung pada tiga dimensi utama: tingkat digitalisasi produk atau jasa yang dijual, proses, dan perantara (delivery agent). Model bisnis dikatakan e-business murni apabila pengiriman, pembayaran, produk dan agennya bersifat digital. Ada banyak sekali aplikasi e-business, di antaranya home banking, berbelanja di online stores  dan online malls, membeli saham, mencari pekerjaan, mencari jodoh, melelang barang, memesan tiket pesawat, menelusuri perpustakaan maya, bekerja sama dalam proyek riset dan pengembangan secara elektronik, dan sebagainya.
Aplikasi e-business tersebut ditunjang oleh beberapa pilar dan infrastruktur. Empat pilar utama yang ada meliputi: (1) orang (people), meliputi pembeli, penjual, perantara, manajemen, dan staf sistem informasi; (2) kebijakan publik (public policy), meliputi pajak, perundang-undangan, nama domain, dan seterusnya; (3) standar teknis, baik untuk dokumen, keamanan, protokol jaringan, maupun pembayaran; dan (4) organisasi, yaitu mitra bisnis, pesaing, asosiasi, dan instansi pemerintah. Sedangkan infrastruktur pendukung e-business meliputi:
  • Common business services infrastructure, seperti security smart cards/authentication, pembayaran elektronis, direktori dan katalog.
  • Messaging and information distribution infrastructure, di antaranya EDI, e-mail, dan Hypertext Transfer protocol.
  • Multimedia content and network publising infrastructure, seperti HTML, Java, World Wide Web, dan VRML.
  • Network infrastructure, di antaranya jasa Telkom, TV kabel, wireless, internet, VAN, WAN, LAN, Intranet, dan Extranet.
  • Interfacing infrastructure, baik untuk database, pelanggan, maupun aplikasi.
Memasuki era milenium baru ini, e-business dipandang bakal mengalami perkembangan pesat. Sejauh ini, sumber pemasukan bagi sebagian besar perusahaan dotcom Indonesia adalah iklan banner, free transaksi, biaya keanggotaan, penjualan berita, jasa e-commerce, web hosting, biaya berlangganan ISP, transaksi saham, dan komisi penjualan. Namun, manfaat potensial e-business sebenarnya lebih dari itu dan terdiri atas dua kategori. Pertama, penyempurnaan proses bisnis, dalam hal enhancement (pembentukan merek, kategori produk, dan kualitas), efisiensi (penekanan biaya dan free trial), dan efektivitas (peningkatan dukungan dealer, dukungan pemasok, dan pengumpulan informasi). Kedua, sumber pendapatan bagi perusahaan, baik yang berasal dari mitra bisnis (seperti sponsorship, aliansi bisnis, spot advertising, biaya prospek, dan komisi penjualan), maupun dari konsumen (seperti penjualan produk, pay per use, biaya berlangganan, dan bundle sales). Dengan demikian pemanfaatan e-business bukan semata-mata untuk keperluan menciptakan arus pendapatan.

Era Baru e-Business

Melalui keunggulan dalam hal komunikasi, information retrieval dan information search, internet bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan bisnis, di antaranya berfungsi sebagai:
  • Yellow pages, berupa database terorganisasi yang memuat aneka ragam informasi produk, perusahaan, iklan, berita, hiburan, dan sebagainya.
  • Web traffic control, berfungsi sebagai iklan yang menarik perhatian para pemakai internet agar mengunjungi situs-situs tertentu.
  • Online store front, berupa gerai (outlet) penjualan virtual seperti www.amazon.com maupun mal-mal virtual yang kini semakin marak dijumpai.
  • Standard websites, berupa homepages dan alamat e-mail untuk kontak atau layanan  pelanggan.
  • Business-to-business links, berupa koneksi pada jaringan bisnis yang dimiliki perusahaan.
  • Community sites, seperti ruang ‘ngobrol’ (chatting room) khusus untuk kelompok pelanggan tertentu.
  • Informational/image sites, yaitu situs yang tidak memiliki fungsi komersial langsung, namun lebih menekankan aspek penyajian informasi.
  • Content-based sites, di mana pemakai jasa harus membayar biaya keanggotaan (membership fee) agar bisa mendapatkan akses ke isi situs bersangkutan.

Peluang dan Tantangan e-Business

Perkembangan Internet berdampak pada perubahan cara organisasi merancang, memproses, memproduksi, memasarkan, dan menyampaikan produk. Lingkup persaingan yang semakin luas juga menuntut integrasi dan koordinasi antara departemen sistem informasi, pemasaran, layanan pelanggan. Beraneka ragam peluang pemanfaatan internet yang bisa dieksploitasi meliputi:
  • Sumber baru untuk informasi pasar;
  • Individualized/customized marketing;
  • Cara baru menjalin relasi online dengan pelanggan dan membangun citra merek (interactive marketing);
  • Peluang baru bagi distribusi produk dan komunikasi pemasaran;
  • Dan lain-lain.
Dalam lingkup yang lebih luas, perkembangan e-business dalam konteks ekonomi baru (new-economy) atau Webonomics di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan besar, di antaranya:
  • Peningkatan ketersediaan dan kecepatan akses Internet secara luas.
  •  Pembenahan infrastruktur (seperti perangkat lunak dan perangkat keras) dan regulasi (menyangkut tarif telepon, jasa ISP, dan UU e-Commerce).
  • Isu privasi dan keamanan dalam transaksi via Internet, terutama masalah kartu kredit ‘ilegal’.
  • Dalam banyak kategori produk, masyarakat Indonesia lebih menyukai model bisnis konvensional.
  • Biaya dan justifikasinya, misalnya menyangkut keputusan mengembangkan e-business sendiri versus outsourcing, kriteria memilih pemasok perangkat lunak dan infrastruktur, sulitnya mengkuantifikasi manfaat intangible dari sistem e-business (misalnya, layanan pelanggan yang lebih baik dan nilai periklanan), dan lain-lain.
  • Kecepatan dan kemudahan jasa-jasa penunjang, seperti logistik dan distribusi fisik, yang sangat diperlukan dalam mendukung efektivitas dan efisiensi layanan e-business. Jasa pendukung lainnya yang juga tak kalah pentingnya adalah ketersediaan copyright clearance centers untuk transaksi e-business, evaluator berkualitas, dan pakar perpajakan e-business yang qualified.
Sebagai model pemasaran kontemporer, e-business membawa dampak positif bagi tiga pihak: produsen, perantara, dan pelanggan. Produsen bisa menjangkau lebih banyak konsumen, mengumpulkan informasi yang lebih akurat mengenai perilaku konsumen, menentukan pasar sasaran secara lebih efektif, dan melayani konsumen secara lebih baik dan memuaskan. Perantara bisa memperoleh komisi dan fee transaksi atas jasa-jasa bernilai tambah, seperti pengumpulan dan analisis informasi, pemrosesan pesanan dan pembayaran, integrasi sistem teknologi informasi penjual dan pembeli, serta jasa konsultasi. Sedangkan pelanggan bisa membandingkan dan memilih produk dan harga secara lebih mudah dan akurat, sehingga bargaining power konsumen semakin menguat.

Sumber: Mengenal E-Business. Anastasia Diana. 2001. Yogyakarta: ANDI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar